-->

Stasiun Rolling / Stasiun Puteran Pabrik Gula Setelah melewati stasiun kristalisasi , proses selanjut adalah pada stasiun puteran. Proses pa...
Daftar Isi [Tampil]

    Stasiun Rolling / Stasiun Puteran Pabrik Gula

    Setelah melewati stasiun kristalisasi, proses selanjut adalah pada stasiun puteran. Proses pada stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal yang terbentuk di masakan dari cairan yang ada. Cairan tersebut bisa merupakan tetes, stroop, atau klare. Tetes tidak digunakan lagi di proses pembuatan gula teapi digunakan sebagai bahan baku industri lain seperti industri pembuatan spiritus dan MSG. Stroop dan klare diproses kembali di masakan. 

    Stasiun Puteran Pabrik Gula


    Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gula yang dihasilkan pada proses pemutaran adalah: 

    1. Kondisi kristal yang dihasilkan pada tahap kristalisasi. 
    2. Viskositas massequite. 
    3. Kekuatan puteran sentrifugal. 
    4. Jumlah air panas yang disemprotkan untuk memisahkan kristal gula dari cairannya. 
    Sistem puteran menggunakan dua alat putar yang berbeda. LGC (low Grade Centrifugal) menggunakan puteran dengan kecepatan 2.500 rpm, sedangkan HGC (High Grade Centrifugal) menggunakan puteran dengan kecepatan 1.000 rpm.

    LGC digunakan pada puteran D I, puteran D II, juga puteran C (jika digunakan masakan C). Puteran ini menggunakan sistem kontinu. Pada saat bahan masuk puteran, alat terus berjalan tanpa ada jeda, sedangkan pada HGC (digunakan pada puteran A dan SHS) menggunakan sistem diskontinu. Cara kerjanya yaitu: dari palung pendingin hasil masakan dimasukkan ke dalam puteran selama 12 detik, setelah itu ditutup dan diputar selama 3 menit. Hasil puteran lalu dimasukkan ke dalam mixer.  

    Saat diputar ada penambahan air dan juga steam dengan tekanan 294 kPa, tujuannya supaya keluaran dari puteran memiliki kemurnian yang diinginkan. Jika kemurnian gula diharapkan tinggi maka penambahan air dan steam lebih diperbesar. Begitu juga sebaliknya. 


    1. Puteran A 

    Puteran A digunakan untuk memutar hasil masakan A. puteran ini menggunakan kecepatan 1.000 rpm. Putarannya tidak terlalu tinggi karena gula yang terbentuk sudah agak murni. Puteran A ini menggunakan sistem diskontinu. Pada saat hasil masakan masuk ke basket, dilakukan pemutaran dengan kecepatan rendah selama 12 detik. Masakan yang masuk setelah itu dihentikan dan puteran dijalankan selama 3 menit. Scrapper lalu mengambil gula yang menempel di saringan untuk turun ke bawah. 

    Di dalam puteran terdapat penambahan air panas dan steam supaya pemisahan lebih sempurna. Di dalam puteran juga terdapat saringan. Saringan tersebut dipasang vertikal tanpa ada kemiringan, ukuran saringan di dalamnya hanya satu ukuran. 

    Hasil puteran yaitu gula A dengan HK 97 dikasukkan ke mixer satu untuk ditambahkan air, setelah itu baru masuk puteran SHS. Sedangkan hasil samping yaitu stroopA dengan HK 62-64 dialirkan ke masakan C (jika digunakan) atau masakan D. 


    2. Puteran SHS 

    Puteran SHS merupakan puteran yang akan menghasilkan gula produk / gula SHS. Gula yang dihasilkan dari puteran ini mencapai nilai kemurnian tertinggi yaitu 99,8 karena sudah mengalami dua kali puteran. Hasil sampingnya yaitu klare SHS memiliki HK 87. 

    Gula A yang sudah ditambah air di mixer kemudian diturunkan ke puteran SHS. Sistem dan cara kerjanya sama dengan puteran A, dengan sistem diskontinu dan adanya penambahan air serta steam. Saringannya juga memiliki karakteristik yang sama. Hasilnya yang berupa gula SHS dialirkan ke stasiun penyelesaian (finishing). 


    3. Puteran C 

    Puteran C memiliki cara kerja yang sama dengan puteran D I ataupun D II. Selain itu kecepatan yang digunakan juga sama yaitu 2.500 rpm. Tujuan penggunaan rpm yang tinggi agar memudahkan terjadinya pemisahan antara kristal-kristal yang terbentuk dengan stroopnya. Perbedaan yang ada dilihat dari masukan ke dalam puterannya. Di puteran C, hasil masakan C yang berasal dari mixer tiga tidak mengalami pemanasan ulang tetapi langsung masuk. 

    Hasil dari puteran C yaitu gula C memiliki HK 93 sedangkan stroop-nya memiliki HK 49-50. Gula C dimasukkan ke mixer tiga dan ditambahkan air menjadi magma C. Hasilnya kemudian dialirkan menuju masakan A. 

    Puteran C menggunakan sistem kontinu. Pada saat hasil masakan masuk, puteran langsung dijalankan dan pada saat pengoperasian tidak ada jeda. Di dalam puteran ini terdapat saringan yang dipasang agak miring. Maksud dari pemasangan ini supaya kristal-kristal gula yang terbentuk benar-benar terpisahkan dari stroop-nya. Masakan yang masuk diputar dengan kecepatan konstan. Kristal-kristal yang ada akan tersaring sedangkan larutannya tidak. Larutan yang melewati saringan dikeluarkan untuk dimasukkan ke masakan D, sedangkan kristal-kristal gula yang tersaring dimasukkan ke masakan A untuk memperbesar ukuran kristalnya.


    4. Puteran D I 

    Pada puteran D I terjadi pemisahan antara gula D I dengan tetesnya. Umpan yang digunakan berasal dari palung pendingin masakan D yang sudah dipanaskan kembali. Pada saat masuk ke puteran D I, hasil masakan D masih mengandung tetes sehingga harus dipisahkan. 

    Gula D I hasil puteran D I memiliki nilai HK 87,5. pencapaian ini bergantung terhadap puteran dan penambahan air dingin. Penambahan air dingin diatur supaya HK keluaran tetap dan HK dari tetes mencukupi. Hl ini dilaakukan karena tetes yang akaan dijual memiliki nilai kemurnian tertentu yaitu 32. jika air dingin terlalu banyak, nilai HK tetes akan kecil. Jika hal ini terjadi maka tetes tidak dapat dijual.  

    Di dalam puteran yang berbentuk silinder terdapat lapisan-lapisan screen / penyaring yang dipasang miring untuk menangkap kristal gula. Pada saat hasil masakan masuk, puteran dijalankan. Larutan akan terpental ke saringan. Kristal yang ada akan tertahan dan terus turun ke bawah. Tetes akan menembus saringan dan keluar untuk ditampung. Saringan yang dipakai memiliki lapisan yang banyak dan memiliki diameter yang berbeda-beda, semakin keluar semakin halus. 


    5. Puteran D II 

    Puteran D II memiliki system kerja yang sama dengan D I perbedannya hanya terdapat pada hasil samping. Hasil samping dari puteran ini adalah klare    D II. Bila tetes pada puteran D I tidak diproses lagi dalam pembuatan gula, klare D II sebaliknya. Klare D II dikembalikan lagi ke masakan D bersama dengan Stroop. Selain perbedaan hasil samping, terdapat perbedaan kemurnian. Nilai HK di puteran D II adalah 92 dan klare D II memiliki 39-40.  

    Gula D I yang keluar dari puteran D I dimasukkan ke dalam mixer untuk dicampur dengan air. Tujuan dari penambahan ari ini adalah supaya gula D I sedikit basah dan mudah pada saat pemisahan di puteran D II. Sama dengan puteran D II, gula D II yang masuk diputar dalam silinder berpenyaring. Saringan menangkap kristal gula D II, sedangkn cairannya (klare) keluar menuju masakan D kembali. Pada puteran D II tidak ditambahkan air tetapi air panas dan steam. Tujuannya supaya pemisahan antara kristal gula D II dan klarenya akan lebih mudah.  

    Gula D II akan dimasukkan ke dalam mixer dua untuk kembali ditambahkan air. Kali ini penambahan air bertujuan untuk memudahkan perpindahan gula D II menuju masakan C (jika digunakan masakan C) atau ke masakan A. Gula dalam fasa larutan disebut magma 

    DMCA.com Protection Status
    Bantu Apresiasi Bantu berikan apresiasi jika artikelnya dirasa bermanfaat agar penulis lebih semangat lagi membuat artikel bermanfaat lainnya. Terima kasih.
    Donasi
    Hallo sobat Alwepo, Anda dapat memberikan suport kepada kami agar lebih semangat dengan cara dibawah ini.

    Dana : 085XXXXXXXXX
    PAYPAL : Alwepo
    Done